Es balok merupakan hasil perubahan
dari zat cair menjadi padat. Sebagian besar orang beranggapan bahwa es
balok dibuat dari air mentah. Akan tetapi ada pula yang mengatakan bahwa
tidak semua perusahaan es balok menggunakan air yang benar - benar
mentah, melainkan air yang sudah melalui sterilisasi. Hanya saja, memang
tidak ada yang bisa menjamin kebersihan es balok selama proses
pengangkutan dan penyimpanannya. Apalagi sebagian es balok dibuat hanya
untuk tujuan pengawetan hasil laut dan mendinginkan minuman dalam
kemasan. Itulah sebabnya banyak pedagang minuman menggunakan es yang
tidak layak konsumsi.
Sebuah penelitian menunjukan, es balok yang diambil di sekitar kampus IPB Darmaga, Bogor, 10% diantaranya mengandung bakteri E.Coli. Bakteri lain yang juga teridentifikasi pada saat pengujian adalah Enterobacter sp. , Enterobacter cloacea, Pseudomonas sp. , Citrobacter dan Klebsiella. Namun, dari semua bakteri tersebut, keberadaan bakteri E. Coli yang patut diwaspadai.
Adapun
hasil wawancara dengan seorang penjual es balok yang ada di Kota
Serang, Banten tepatnya di Kp. Pakupatan, yaitu saudara Olis, seorang
pemuda berusia 20 tahun yang tinggal di Kp. Pakupatan, Serang Banten. Ia
mulai menekuni usaha ini sekitar 2 (dua) bulan yang lalu. Alasan
mengapa ia memilih bekerja sebagai penjual es balok salah satunya karena
sulitnya lapangan pekerjaan. Dalam usahanya ini ia dibantu oleh
rekannya. Es balok ini biasa dijual kepada para pedagang minuman di
sekitar Kp. Pakupatan Kota Serang, Banten yang sudah menjadi
langganannya. Setiap harinya ia hanya mengantarkan es balok pesanan
pelanggannya itu. Dan harga tiap baloknya sekitar Rp. 30.000,-.
Es
balok yang ia jual ini ternyata bukanlah hasil produksinya sendiri,
melainkan pasokan dari salah satu agen yang ada di Jakarta. Meskipun ia
hanya sebagai distributor saja, tetapi ketika ditanya mengenai cara
pembuatannya ia pun mengaku sedikit mengetahui bagaimana cara pembuatan
es balok ini. "Pembuatan es balok ini lumayan makan waktu lama dan
memakai alat - alat yang berat", uangkapnya.
Ia mengatakan bahwa proses
produksi dilakukan di ruangan khusus seperti kulkas (lemari es) yang
terbuat dari beton berlapis papan, yaitu tempat dimana air dibekukan
menjadi es. Sebelumnya air dimasukkan ke tangki penampungan lalu dipompa
dan dimasukkan ke cetakan model es. Setelah terisi, satu set cetakan
air diangkat menggunakan mesin pengangkut otomatis. Kemudian cetakan
dimasukkan ke dalam freezer di kolong papan. Proses selanjutnya adalah
memanen. Es-es yang sudah beku dikeuarkan dari cetakannya dengan cara
menyiram menggunakan air suhu normal. Kemudian, alat cetak digoyang -
goyang supaya es balok lepas dari cetakan yang terbuat dari plat seng.
Ketika ditanya mengenai asal air yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan es, menurut sepengeahuannya air tersebut berasal dari PDAM.
Menurutnya,
es balok yang ia jual ini aman dan tidak berbahaya bagi konsuen. Akan
tetapi pendapatnya itu seakan tidak dapat begitu saja dibenarkan jika
kita melihat tempat penyimpanan dan pengangkutan es balok yang
diletakkan di dalam gerobak terbuka tanpa alas. Sangat mungkin selama
melalui mata rantai dari produsen ke konsumen, ataupun dari distributor
ke pedagang yang kemudian di konsumsi oleh konsumen, es itu tercemar
bakteri E. Coli yang dibawa oleh angin. Ini membuktikan bahwa
kebersihannya pun tidak terjamin. Apakah es balok ini layak atau tidak
untuk dikonsumsi? Semua tergantung pada konsumen. Jika tidak yakin,
pilih saja minuman dalam kemasan yang telah didinginkan tanpa perlu
dicampur dengan es balok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar